CEO Marina Bay City dan Kini Pemilik 100% Serukan Peningkatan Standar Konstruksi dan
Perlindungan Pekerja
LOMBOK, INDONESIA — CEO Marina Bay City sekaligus pemilik penuh (100%) proyek kota
bernilai miliaran dolar tersebut, Jamie McIntyre, menyerukan peningkatan standar konstruksi,
perlindungan pekerja, dan akuntabilitas yang lebih kuat dalam industri pembangunan Indonesia.
McIntyre mengatakan bahwa tujuannya bukan hanya membangun salah satu kota terencana
pertama di Indonesia, tetapi juga menetapkan tolok ukur nasional untuk praktik konstruksi yang
aman dan beretika.
McIntyre — pendiri Australian National Review dan komentator politik independen — baru-baru ini
mengambil alih seluruh kepemilikan proyek setelah membeli saham mitra sebelumnya. Dengan
kendali penuh, ia menegaskan bahwa peningkatan kondisi kerja para pekerja menjadi prioritas
utama.
“Kami tidak ingin menjadi seperti Australia yang terlalu diatur dan terlalu banyak serikat pekerja,
sehingga biaya konstruksi menjadi sangat tinggi. Namun Indonesia tetap membutuhkan
peningkatan besar dalam perlindungan pekerja,” ujar McIntyre. “Terlalu banyak pekerja konstruksi
yang masih rentan dan sering dieksploitasi.”
Ia menjelaskan bahwa Marina Bay City telah menerapkan pengawas lokal yang dilatih dengan
standar Australia. Langkah ini telah meningkatkan keselamatan kerja, kualitas supervisi, dan
kepastian pembayaran.
McIntyre mengatakan dirinya menyaksikan langsung kasus kontraktor yang menahan upah atau
memaksakan kondisi kerja tidak aman. “Kami tidak akan mentolerir hal itu. Kami sedang membawa
salah satu kontraktor ke ranah hukum dan mendorong agar mereka diblokir. Perilaku seperti ini
tidak boleh dibiarkan terjadi di Indonesia.”
Ia menegaskan pentingnya keteladanan dari pengembang besar—pembayaran tepat waktu,
lingkungan kerja aman, standar kesejahteraan dasar, dan akuntabilitas ketat bagi subkontraktor.
“Tidak ada toleransi untuk eksploitasi,” tambahnya.
McIntyre berharap Marina Bay City dapat menjadi tolok ukur nasional. “Jika kami menetapkan
standar sekarang, pihak lain akan mengikuti. Kota ini harus berkelas dunia dalam setiap
aspek—termasuk bagaimana kita memperlakukan pekerja.”